Minggu, 16 November 2008

PUASA SEBUAH PERENUNGAN DAN PENYADARAN

Sahabat pada abad ini kita telah memasuki zaman modernisasi. Zaman yang penuh dengan tantangan dan harapan-harapan. Kita selaku umat islam dituntut untuk survive. Jika kita tidak benar-benar mampu merespon perubahan zaman. kita akan tergelincir dalam lembah kegelapan kehidupan.

Modernisme telah mengantarkan kita pada zaman dimana segala sesuatu serba sistematis, spesifikasi dan prosedural dan mengutamakan evektifitas waktu. Sehingga teknologi menjadi sangat penting. Dan tidak ada kebutuhan tanpa teknologi (mesin dan teknologi informasi) yang kemudian mempengaruhi kehidupan umat manusia baik itu pada pola hidup, pemikiran maupun pada pandangan hidup.

Tetapi modernisasi juga mengakibatkan ketimpangan sosial. Tidak bisa dipungkiri ditengah laju peradaban yang semakin mengglobal, terjadi juga berbagai bentuk dehumanisasi ( kemiskinan, penindasan, kebodohan, keterbelakangan, pemerkosaan dst ).

Kapitalis dalam alam modernisasi telah menciptakan hirarki sosial yang sangat tidak berimbang, antara masyarakat feodal (orang –orang bermodal besar, pengusaha, penguasa dst) dengan masyarakat marginal (kaum terpinggirkan). Ketika masyarakat feodal semakin jaya dan mencengkram kuat pada saat itu masyarakat marginal semakin tertindas.

Disaat gedung gedung pencakar langit didirikan. disaat itu terjadi penggusuran-penggusuran pemukiman kumuh yang mengakibatkan kesengsaraan pada rakyat miskin. Ketika para elit politik menghabiskan uang untuk kemenangan partainya. disaat itu para pramuwisma sedang berjuang untuk mencari sesuap nasi. Disaat para artis menghabiskan jutaan rupiah untuk membeli gaun mewah disaat itu anak jalanan membutuhkan banyak pakaian yang layak untuk dipakai . disaat anak pengusaha merayakan pesta pernikahanya dengan segala gemerlap mewahnya pesta tersebut. disaat itu para buruh sedang tertunduk lesu meratapi nasibnya karena di PHK. Dan disaat kita sedang senang bercengkrama bersama keluarga kita. pada saat itu anak-anak yatim di panti asuhan mendambakan kehangatan kasih sayang keluarga. tetapi nyatanya anak-anak yatim itu sedang memaksakan diri untuk tegar ditengah gemuruh ombak kehidupan. Disaat kita memutuskan membelanjakan uang lebih kita untuk makan-makan bersama teman-teman kita disaat itu anak berpakaian kumal sedang memandang langit dan menghapus air matanya karena putus sekolah dengan sebab tidak punya biaya. Dan ketika seorang bapak tua terpaksa mencuri karena istri jomponya memerlukan perawatan serius dirumah sakit kemudian tertangkap lalu dikeroyok massa. Hiruk pikuk kota tetap menjadi saksi tanpa arti, seorang ibu berpakaian minim sedang menangis dipinggir jalan pada malam yang sunyi ketika teringat bahwa dia melacurkan diri karena berharap anak-anaknya bisa makan dan sekolah .

Sahabat realitas diatas benar benar terjadi. Dikota , dipinggir kota bahkan didesa sekalipun. Ketimpangan sosial telah mengakibatkan paradox kehidupan yang sangat kompleks. Kita saat ini mungkin hanya diam, atau protes, atau juga ragu, atau kita mengolok-olok jalan hidupnya, atau kita acuh tak acuh atau kita memiriskan hati kemudian berdo'a. Agaknya hanya kita sendiri yang tahu. Tetapi realitas diatas benar-benar terjadi . dan entah kita sedang apa.

Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebangaimana telah diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa ( Al baqoroh : 183).

Sahabat ketika kita menjalani puasa. Puasa yang setiap tahun sekali selalu kita jalankan. Secara doktrinal kita semua tahu bahwa puasa hukumnya wajib dilaksanakan orang yang beriman. Dan kita selaku umat islam yaitu umat yang beriman selalu menjalankan ibadah puasa tersebut.

Secara kuantitatif kita (umat islam ) selalu menjalankan ibadah puasa satu bulan penuh. Alhamdulillah hal ini patut disyukuri sebagian besar masyarakat kita mampu menjalankanya. Tetapi secara kualitatif kita tidak tahu sudahkah kualitas tagwa kita bertambah, sudahkah kita mendapatkan bulan 1000 bulan pada tiap-tiap romadlan, sudahkah kita menjalani puasa sepenuhnya karena Allah swt. yang jelas hanya Allah swt yang mengetahui dan kita selaku hambanya berusaha untuk mencapai kesempurnaan puasa dengan niat yang benar-benar tulus dan ikhlas.

Sahabat, salah satu hikmah puasa adalah menumbuhkan kesadaran sosial. dalam berpuasa diperlukan perenungan dan pemaknahan kehidupan. Rasa lapar dan haus yang kita rasakan dapat menumbuhkan rasa simpati dan empati terhadap sesama saudara –saudara kita yang sedang kesusahan.

Realitas kehidupan masyarakat marginal diatas benar-benar terjadi nah dengan puasa kita dididik untuk menyadari bahwa kita tidak sendiri , kita hidup bersama saudara-saudara kita yang hidupnya kurang beruntung. Dengan puasa kita diajarkan untuk bersyukur bahwa kita lebih beruntung dari orang lain, kita juga diajarkan untuk saling tolong-menolong, sehingga kita diharapkan untuk mengoreksi dan menganalisa struktur-struktur kehidupan yang tidak memihak kepada keadilan. Yang kemudian berlanjut pada tataran aksi pada individu maupun masyarakat . insyaallah, jika kita benar-benar mampu menyadari dan merenungi hakekat-hakekat puasa maka segala bentuk dehumanisasi sedikit demi sedikit akan segera terkikis. Akhirnya penulis mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa. Semoga amalan ibadah kita diterima oleh Allah swt. Amin. wassalam.

Tidak ada komentar: